Presiden Ferdinand “Bongbong” Marcos Jr. dan Wakil Presiden Sara Duterte menjadi sorotan utama di Filipina karena perseteruan politik bonus new member 100 di awal yang memanas antara dua dinasti politik besar di negara tersebut. Konflik ini tidak hanya mencerminkan perpecahan kekuasaan di tingkat tertinggi pemerintahan, tetapi juga menimbulkan ketegangan yang berdampak luas pada stabilitas politik dan sosial Filipina.
Latar Belakang Perseteruan
Bongbong Marcos adalah putra dari mantan diktator Ferdinand Marcos Sr., yang pernah digulingkan oleh gerakan rakyat pada 1986. Meski demikian, keluarga Marcos tetap memiliki pengaruh politik yang kuat, terutama di kawasan perkotaan dan wilayah utara Filipina. Sementara itu, Sara Duterte adalah putri dari mantan Presiden Rodrigo Duterte, yang dikenal dengan kebijakan kerasnya dalam perang melawan narkoba dan gaya kepemimpinan yang vokal. Sara memiliki basis dukungan kuat di wilayah selatan dan daerah pedesaan Filipina27.
Awalnya, kedua keluarga ini sempat menjadi sekutu politik. Namun, sejak awal pemerintahan Marcos Jr., ketegangan mulai muncul. Marcos mengambil kebijakan yang berbeda dengan pendahulunya, termasuk meredam perang narkoba dan menantang dominasi China di Laut Cina Selatan, yang bertolak belakang dengan kebijakan ayah Sara, Rodrigo Duterte34.
Puncak Konflik dan Ancaman Terhadap Presiden
Perseteruan ini memuncak ketika Sara Duterte secara terbuka mengancam akan membunuh Presiden Marcos jika dirinya terbunuh terlebih dahulu. Dalam sebuah konferensi pers pada November 2024, Sara mengaku telah berbicara dengan seorang pembunuh bayaran dan memberikan instruksi untuk membunuh Marcos, Ibu Negara Liza Araneta, dan Ketua DPR Martin Romualdez jika terjadi sesuatu pada dirinya269.
Pernyataan ini langsung mendapat respons keras dari Istana Kepresidenan Filipina yang menyatakan ancaman tersebut sebagai tindakan kriminal serius yang dapat berujung pada penuntutan pidana. Keamanan Presiden dan keluarganya pun ditingkatkan menyusul ancaman tersebut26.
Tuduhan Korupsi dan Pemakzulan Sara Duterte
Selain perseteruan verbal, Sara Duterte juga menghadapi tuduhan penyalahgunaan dana publik senilai jutaan dolar, yang memicu proses pemakzulan di parlemen Filipina pada awal 2025. Sebanyak 215 dari 306 anggota DPR mendukung pemakzulan yang kini menunggu sidang di Senat. Jika terbukti bersalah, Sara bisa dipecat dari jabatannya dan dilarang memegang jabatan publik secara permanen, yang juga akan menghalanginya untuk mencalonkan diri sebagai presiden di masa depan57.
Sara membantah tuduhan tersebut dan menuduh adanya dendam politik di balik proses pemakzulan ini. Namun, langkah tersebut dianggap sebagai eskalasi konflik politik yang telah berlangsung lama antara dua klan besar ini57.
Dampak Politik dan Sosial
Perseteruan antara Bongbong Marcos dan Sara Duterte mencerminkan kompleksitas politik Filipina yang masih didominasi oleh dinasti politik dan oligarki. Perbedaan basis dukungan dan kebijakan antara kedua tokoh ini memperdalam polarisasi di masyarakat Filipina. Meski konflik ini cukup serius, analis regional memperkirakan bahwa dampaknya terhadap hubungan Filipina dengan negara-negara ASEAN relatif terbatas karena prinsip non-intervensi yang dianut ASEAN2.
Namun, ketegangan ini menimbulkan kekhawatiran akan stabilitas politik dalam negeri, terutama menjelang pemilihan umum berikutnya dan masa jabatan presiden Marcos yang hanya satu periode. Sara Duterte, yang dianggap sebagai calon kuat pengganti Marcos, kini menghadapi risiko besar akibat proses pemakzulan yang sedang berjalan257.
Kesimpulan
Bongbong Marcos dan Sara Duterte menjadi sorotan karena perseteruan politik yang tajam antara dua dinasti besar Filipina yang berpengaruh. Konflik ini tidak hanya soal kekuasaan, tetapi juga mencakup tuduhan korupsi, ancaman kekerasan, dan perbedaan kebijakan yang signifikan. Situasi ini menggambarkan dinamika politik Filipina yang penuh ketegangan dan menjadi perhatian publik serta pengamat politik di kawasan Asia Tenggara256.
Perseteruan ini juga menjadi simbol bagaimana politik dinasti masih sangat kuat di Filipina, dengan dampak yang meluas terhadap stabilitas dan masa depan politik negara tersebut. Konflik antara Marcos dan Duterte kemungkinan akan terus menjadi fokus perhatian hingga ada penyelesaian politik yang jelas.