Harimau Benggala adalah microgaming salah satu spesies harimau yang paling kuat dan ikonik di dunia, namun sayangnya kini menghadapi ancaman kepunahan yang serius. Satwa ini termasuk dalam kategori terancam punah menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN), dan masuk dalam Appendix I Convention on International Trade in Endangered Species (CITES) yang melarang perdagangan internasional komersialnya12. Di alam liar, populasi harimau Benggala kini sangat terbatas, dengan jumlah sekitar 2.000 hingga 3.000 ekor yang tersebar di India, Bangladesh, Nepal, Bhutan, dan Myanmar12.
Ancaman Kepunahan Harimau Benggala
Pada awal abad ke-20, populasi harimau Benggala di India mencapai sekitar 40.000 ekor. Namun, perburuan liar dan kerusakan habitat yang terus berlangsung menyebabkan penurunan drastis hingga tersisa hanya 1.872 ekor pada tahun 1972. Pemerintah India kemudian meluncurkan proyek penyelamatan pada 1973 yang berhasil meningkatkan jumlah harimau menjadi lebih dari 4.000 ekor pada 1984. Meski demikian, data terbaru tahun 2022 menunjukkan populasi harimau Benggala di India menurun lagi menjadi sekitar 3.167 ekor1.
Salah satu ancaman terbesar bagi harimau Benggala adalah hilangnya habitat akibat aktivitas manusia dan perubahan iklim. Kawasan hutan bakau Sundarbans di Bangladesh dan India, yang merupakan habitat penting bagi harimau Benggala, terancam oleh kenaikan permukaan laut akibat pemanasan global. Studi memprediksi bahwa pada tahun 2070, tidak akan ada lagi habitat harimau yang tersisa di Sundarbans, yang akan berdampak fatal pada populasi harimau di sana5.
Selain itu, perburuan liar masih menjadi masalah serius. Harimau sering diburu untuk diambil kulit dan bagian tubuhnya yang bernilai tinggi di pasar gelap. Hal ini semakin memperparah risiko kepunahan harimau Benggala di alam liar25.
Kasus Anak Harimau Selebgram Jadi Sorotan
Belakangan ini, perhatian publik di Indonesia tertuju pada kasus kematian anak harimau Benggala milik selebritas dan YouTuber Alshad Ahmad. Alshad yang dikenal sering membagikan konten tentang harimau Benggala peliharaannya di media sosial mengumumkan kematian anak harimau bernama Cenora, yang merupakan kematian ketujuh bayi harimau di tempat penangkarannya678.
Kematian berulang ini memicu kontroversi dan kritik dari masyarakat serta aktivis konservasi. Banyak yang menilai bahwa harimau, sebagai satwa liar yang terancam punah, seharusnya hidup di habitat alaminya dan bukan dijadikan peliharaan atau objek konten media sosial. Pihak Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat bahkan melakukan penyelidikan untuk mengetahui penyebab kematian dan mengevaluasi izin penangkaran yang dimiliki Alshad68.
Kasus ini menimbulkan perdebatan tentang kelayakan dan etika memelihara satwa liar, terutama yang berstatus terancam punah. Para ahli konservasi menekankan pentingnya memperhatikan kesejahteraan hewan dan mengawasi ketat pemeliharaan satwa langka. Mereka juga menyerukan revisi undang-undang konservasi agar lebih fokus pada perlindungan dan kesejahteraan satwa, serta menjaga keberlanjutan biodiversitas di Indonesia6.
Perlindungan Harimau Benggala di Indonesia
Menariknya, meskipun harimau Benggala termasuk satwa terancam punah secara global, di Indonesia harimau ini tidak termasuk dalam daftar satwa yang dilindungi karena bukan spesies asli Indonesia. Harimau Benggala memiliki habitat asli di wilayah seperti India, Bangladesh, Nepal, dan sekitarnya, bukan di Indonesia. Oleh karena itu, harimau Benggala yang ada di Indonesia biasanya ditemukan di kebun binatang atau penangkaran79.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Indonesia menyatakan akan melakukan investigasi dan evaluasi terkait kematian anak harimau milik Alshad Ahmad, dengan fokus pada animal welfare (kesejahteraan hewan). Namun, harimau yang dilindungi di Indonesia adalah harimau Sumatera, bukan harimau Benggala9.
Kesimpulan
Harimau Benggala adalah satwa yang kuat dan menakjubkan, namun kini menghadapi ancaman kepunahan yang serius akibat perburuan liar, hilangnya habitat, dan perubahan iklim. Upaya konservasi di negara-negara habitat aslinya seperti India telah membantu meningkatkan jumlahnya, tetapi tantangan tetap besar.
Kasus kematian anak harimau Benggala milik selebritas Alshad Ahmad menjadi sorotan publik dan mengangkat isu penting tentang perlindungan satwa liar, etika pemeliharaan, dan pengawasan penangkaran satwa langka. Kasus ini mengingatkan kita bahwa satwa liar, terutama yang terancam punah, membutuhkan habitat alami dan perlindungan serius, bukan hanya dijadikan objek hiburan atau konten media sosial.
Pemerintah dan masyarakat perlu bekerja sama untuk menjaga kelestarian harimau Benggala dan satwa langka lainnya agar generasi mendatang masih dapat menyaksikan keindahan dan kekuatan sang raja hutan ini di alam bebas